MAKALAH - PENGARUH PENJAJAHAN BELANDA DAN JEPANG DALAM PERJALANAN PENDIDIKAN ISLAM | MANAJEMEN PENDIDIKAN

PENGARUH PENJAJAHAN
BELANDA DAN JEPANG
DALAM PERJALANAN PENDIDIKAN ISLAM
Disusun oleh :
Diyan Sofiyanti
Siti Masrurah
Siti Qani’ah
Sekolah Tinggi Agama Islam Grobogan
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pengaruh Penjajahan Belanda dan Jepang dalam Pendidikan Islam. Shalawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw yang telah menunjukkan jalan yang benar yakni agama Islam.
Dalam penyelesaian makalah kesulitan belajar ini, penulis mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak hingga makalah ini bisa terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi harapan penulis dengan bantuan para pembaca akan dapat menuju ke arah yang lebih baik, karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, ataupun nasihat yang berguna bagi perbaikan selanjutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Purwodadi, 31 Oktober 2015

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
A. Pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda................................ 2
B. Pendidikan Islam pada masa penjajahan Jepang.................................. 5
Bab III Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................... 9
Daftar Pustaka....................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meneliti sejarah bangsa Indonesia tidak akan lepas dari umat islam, baik dari perjuangan melawan penjajah maupun dalam lapangana pendidikan. Melihat kenyataan betapa bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam mencapai keberhasilan dengan berjuang secara tulus ikhlas mengabdikan diri untuk kepentingan agamanya disamping mengadakan perlawananmiliter.
 Perlu diketahui bahwa sejarah pendidikan islam di Indonesia mencakup fakta-fakta atau kejadian–kejadian yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di Indonesia, baik formal maupun non formal. Yang dikaji melalui pendekatan metode oleh sebab itu pada setiap disiplin ilmu jelas membutuhkan pendekatan metode yang bisa memberikan motivasi dan mengaktualisasikan serta memfungsikan semua kemampuan kejiwaan yang material, naluriah, dengan ditunjang kemampuan jasmaniah, sehingga benar-benar akan mendapatkan apa yang telah diharapkan.
B. Rumusan Masalah
· Bagaimana pendidikan islam pada masa penjajahan belanda?
· Bagaimana pendidikan islam pada masa penjajahan jepang?
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk mengetahui perjalanan pendidikan islam di Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda
Penaklukan bangsa Barat atas dunia Timur dimulai dengan jalan perdagangan,kemudian dengan kekuatan militer.Selama zaman penjajahan Barat itu berjalanlah proses westernisasi Indonesia.Kedatangan bangsa Barat memang telah membawa kemajuan teknologi.Tetapi tujuannya adalah untuk meningkaatkan hasil penjajahannya,bukan untuk kemakmuran bangsa yang dijajah.Begitu pula di bidang pendidikan.Mereka memperkenalkan sisitem dan metode baru tetapi sekedar untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan upah yang murah dibandingkan dengan jika mereka harus mendatangkan tenaga dari Barat.Apa yang mereka sebut pemabaharuan pendidikan itu adalah westernisasi dari kristenisasi yakni untuk kepentingan Barat dan Nasrani.Di samping itu sebagai bangsa penjajah pada umumnya mereka menganut pikiran Machievelli yang menyatakan antara lain:
1) Agama sangat diperlukan bagi pemerintah penjajah
2) Agama tersebut dipakai untuk menjinakkan dan menaklukan rakyat.
3) Setiap aliran agama yang dianggap palsu oleh pemeluk agama yang bersangkutan harus dibawa untuk memecah belah dan agar mereka berbuat untuk mencari bantuan kepada pemerintah.
4) Janji dengan rakyat tak perlu ditepati jika merugikan.
5) Tujuan dapat menghalalkan segala cara.
Sejak dari zaman VOC(Belanda Swasta)kedatangan mereka di Indonesia sudah bermotif ekonomi,politik dan agama.
Pada masa VOC, yang merupakan sebuah kongsi (perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial. Berbeda dengan kondisi di negeri Belanda sendiri dimana lembaga pendidikan dikelola secara bebas oleh organisasi-organisasi keagamaan, maka selama abad ke-17 hingga 18 M, bidang pendidikan di Indonesia harus berada dalam pengawasan dan kontrol ketat VOC. Jadi, sekalipun penyelenggaraan pendidikan tetap dilakukan oleh kalangan agama (gereja), tetapi mereka adalah berstatus sebagai pegawai VOC yang memperoleh tanda kepangkatan dan gaji. Dari sini dapat dipahami, bahwa pendidikan yang ada ketika itu bercorak keagamaan (Kristen Protestan). Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pendidikan Dasar
2. Sekolah Latin
3. Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)
4. Academie der Marine (Akademi Pelayanan)
5. Sekolah Cina
6. Pendidikan Islam
Pendidikan untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke Indonesia. VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya.
Pada akhir abad ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia Belanda akhirnya diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada masa ini, pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya. Beberapa prinsip yang oleh pemerintah Belanda diambil sebagai dasar kebijakannya di bidang pendidikan antara lain: (1) Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu agama tertentu; (2) Memperhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak didik kelak mampu mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung kepentingan kolonial; (3) Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial, khususnya yang ada di Jawa.; (4) Pendidikan diukur dan diarahkan untuk melahirkan kelas elit masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung supremasi politik dan ekonomi pemerintah kolonial.
Maka pada tahun 1901 muncullah apa yang disebut dengan politik ETIS yakni politik balas budi bangsa Belanda kepada Indonesia. Pencetus politik ini adalah Van Deventer, yang kemudian politik ini dikenal juga dengan Trilogi Van Deventer. Secara umum isi dari politik ETIS ini ada tiga macam yaitu, Education (pendidikan), Imigrasi (perpindahan penduduk) dan Irigasi (pengairan). Yang akan dikupas adalah mengenai education atau pendidikan.
Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda sejak diterapkannya Politik Etis dapat digambarkan sebagai berikut: (1) Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan pengantar Bahasa Belanda (ELS, HCS, HIS), sekolah dengan pengantar bahasa daerah (IS, VS, VgS), dan sekolah peralihan. (2) Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan umum (MULO, HBS, AMS) dan pendidikan kejuruan. (3) Pendidikan tinggi.
Dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan islam pada zaman kolonial belanda tidak mendapat rintangan.hal ini ditandai dengan bermunculanya lembaga-lembaga pendidikan yang semuanya berjalan dengan lancar walaupun terlihat abiturienya tidak bisa diterima oleh mereka dan yakin kalau kesadaran dari pihak islam telah timbul untuk tidak bekerja pada belanda yang telah menjadi perintang kemajuan bangsa. Kenyataan seperti ini sayang msih berlaku sampai sekarang sehingga orang-orang islam kurang berperan dalam pemerintahan. Hal ini tentu penyebabnya adalah melemahnya kekuatan politik islam walaupun islam di indonesia mencapai jumlah yang sangat banyak.

(1) http://spendidikanislam.blogspot.co.id/ . Diakses pada 29 Oktober 2015. Pukul 14.00 WIB.
B. Pendidikan Islam pada masa penjajahan Jepang
Jepang menjajah Indonesia setelah mengusir pemerintah Hindia Belanda yang kalah pada perang dunia ke II. Mereka menguasai Indonesia pada tahun 1942, dengan membawa semboyan “Asia timur raya untuk Asia dan semboyan Asia baru”.[1] Pendidikan islam zaman penjajahan jepang dimulai pada tahun 1942-1945, sebab bukan hanya belanda saja yang mencoba berkuasa di Indonesia.
Jepang mengumumkan rencana mendirikan lingkungan kemakmuran bersama asia timur raya pada tahun 1940. Jepang akan menjadi pusat lingkungan pengaruh atas delapan daerah yakni: manchuria, daratan cina, kepuluan muangtai, malaysia, indonesia, dan asia rusia. Lingkungan kemakmuran ini disebut dengan hakko I chi-u (delapan benang dibawah satu atap).
Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan militer dalam peperangan pasifik.
Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang Jawa dan akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942. Sejak itulah Jepang kemudian menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
1. Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda
2 Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.
Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara lain:
1. kantor urusan agama pada zaman belanda yang disebut dengan kantor Islamistiche yang dipimpin oleh orang-orang orientalis belanda, diubah oleh jepang menjadi kantor sumubi yang dipimpin oleh umat islam sendiri yakni K.H. Hasyim Asy’ari dari jombang da didaerah dibentuk daerah sumuka.
2. Pondok pesantren besar-besar yang sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang.
3. Sekolahnegeri diberi pendidikan budi pekerti yang isinya identik dengan pelajaran agama.
4. Pemerintah jepang Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin.
5. Pemerintah jepang Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta.
6. Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan
7. Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.
Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya setelah tercapainya kemerdekaan.
Kepercayaan jepang ini dimanfaatkan juga oleh umat islam untuk bangkit memberontak melawan jepang sendiri. Pada tanggal 8 juli 1945 berdirilah sekolah tinggi islam di Jakarta. Kalau ditinjau dari segi pendidikan zaman jepang umat islam mempunya kesempatan yang banyak untuk memajukan pendidikan islam, sehingga tanpa disadari oleh jepang sendiri bahwa umat islam sudah cukup mempunyai potensi untuk maju dalam bidang pendidikan ataupun perlawanan kepada penjajah. Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut: (1) Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda. (2) Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun. (3) Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian. (4) Pendidikan Tinggi
Disini beberapa tujauan pendidikan islam ketika zaman penjajahan antara lain:
a. azaz tujuan muhamadiyah: mewujudkan masyarakat islam yang sebenarnya dan azaz perjuangan dakwah islamiyyah dan amar ma’ruf nahi Munkar
b. INS(Indonesische Nadelanshe School) dipelopori oleh Muhammad syafi’i )1899-1969) bertuan memdidik anak untuk berpikir rasional, mendidik anak agar bekerja sungguh-sungguh, membentuk manusia yang berwatak dan menanam persatuan.
c. Tujuan Nahdlatul Ulama’, sebelum menjadi partai politik memgang teguh mahzab empat, disamping mejadi kemaslahatan umat islam itu sendiri.
Jepang membentuk badan-badan pertahanan rakyat seperti Haihoo, Peta, Keibodan, Seinan dan lain sebagainya. Sehingga penderitaan rakyat lahir dan batin makin tak tertahankan lagi, maka timbullah pemberontakan-pemberontakan baik dari golongan peta di Blitar jawa timur dan lain-lain maupun oposisi dari para alim ulama, banyak Kyai yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Jepang.
Dunia pendidikan secara umum terbengkalai, karena murid-murid sekolah setiap harinya disuruh gerak badan, baris berbaris, bekerja bakti (Romusha) bernyanyi dan lain sebagainya. Yang masih agak beruntung adalah madrasah-madrasah yang berada dilingkungan pondok pesantren yang bebas dari pengawasan langsung pemerintah jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren masih dapat berjalan dengan agak wajar.

(2) https://www.academia.edu/7858764/pendidikan_islam_masa_penjajahan. Diakses pada 29 Oktober 2015. Pukul 14.00 WIB.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan islam pada zaman kolonial belanda Mendapat banyak rintangan.hal ini ditandai dengan mereka memperkenalkan sistem dan metode baru tetapi sekedar untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan upah yang murah dibandingkan jika mereka harus mendatangkan tenaga dari barat. Apa yang mereka sebut dengan pembaharuan pendidikan adalah westernisasi dan kristenisasi yakni kepentingan barat dan nasrani, dua motif inilah yang mewarnai kebijakan belanda selama ± 3,5 abad
Pendidikan Agama Islam yang ada dipondok pesantren, mesjid, mushola dan lain sebagainya dianggap tidak membantu pemerintah belanda. Para santri pondok masih dianggap buta huruf latin.
Jadi jelas bahwa madrasah dan pesantren dianggap tidak berguna. Dan tingkat sekolah pribumi adalah rendah sehingga disebut sekolah desa, dan dimaksudkan untuk menandingi madrasah, pesantren pengajian yang ada di desa itu.
Politik pemerintah belanda terhadap rakyat Indonesia yang mayoritas Islam didasari oleh rasa ketakutan, rasa panggilan agamanya dan rasa kolonialismenya.
Pada masa jepang tujuan pendidikan islam yang pertama adalah menanamkan rasa keislaman yang benar guna kepentingan dunia dan Akhirat, dan yang kedua membelah bangsa dan tanah air untuk memdapatkan kemerdekaan bangsa itu sendiri ataupun kemerdekaan secara manusiawi
DAFTAR PUSTAKA
1. http://spendidikanislam.blogspot.co.id/ . Diakses pada 29 Oktober 2015. Pukul 14.00 WIB.
2. https://www.academia.edu/7858764/pendidikan_islam_masa_penjajahan. Diakses pada 29 Oktober 2015. Pukul 14.00 WIB.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAKALAH - PENGARUH PENJAJAHAN BELANDA DAN JEPANG DALAM PERJALANAN PENDIDIKAN ISLAM | MANAJEMEN PENDIDIKAN"

Posting Komentar