MAKALAH - PENGENALAN TAKHRIJ HADIST | MANAJEMEN PENDIDIKAN

PENGENALAN TAKHRIJ HADIST
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perencanaan Pendidikan
Dosen Pengampu : Bapak Azhari,M. Pd.I


Disusun Oleh :
Tia Pratiwi
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM GROBOGAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul“Pengenalan Takhrij Hadist”
Makalah ini mencakup tentang informasi yang berhubungan dasar ilmu mengenai takhrij dan menakhrij. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada pembaca.Agar kita sebagai mahasiswa/mahasiswi yang mengaku mencintai Rosulullah s.a.w da Allah s.w.t dapat menakhrijkan suatu hadist dengan baik, dan cermat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Purwodadi, 13 Juni 2016

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A. Pengertia Takhrij Hadist...................................................................... 3
B. Sejarah Takhrij Hadist......................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadist.................................................... 10
D. Metode Takhrij.................................................................................... 13
E. Kitab-Kitab untuk Takhrij Hadist....................................................... 18
F. Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hadist....................................... 22
Bab III Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................ 24
B. Saran.......................................................................................................... 26
Daftar Pustaka....................................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengingat pentingnya untuk mengetahui asal usul riwayat hadits yang akan diteliti, mengetahui seluruh riwayat bagi hadits yang akan diteliti, dan mengetahui ada tidaknya syahid dan mutabi’ pada sanad yang akan diteliti dalam hadist, membuat kita sadar diri akan melakukan Takhrij secara mandiri. [1]
Sebelum menjelaskan mengenai tajkhrij hadist adakalanya kita menjelaskan dahulu apa itu takhrij hadis sehingga lebih mudah memahami pembahasan selanjutnya.
Kata takhrij berasal dari bahasa arab yang berarti mengeluarkan sesuatu dari tempat. Dan dapat digunakan beberapa arti, mengeluarkan (istinbath). Pengertian takhrij menurut ahli hadis memiliki tiga macam pengertian yaitu:
1. Usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut.
2. Suatu keterangan bahwa hadis yang dinukilkan kedalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya.
3. Suatu usaha mencari derajad, sanad, dan rowi hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian takhrij hadist?
2. Bagaimana sejarah takhrij hadist?
3. Apa saja tujuan dan manfaat takhrij hadist?
4. Apa saja macam metode takhrij hadist?
5. Apa saja kitab yang dibutuhkan dalam menakhrij?
6. Bagaimana langkah-langkah takhrij hadis?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan kami membuat makalah ini agar pembaca maupun kami sendiri, dapat mengetahui arti dari takhrij dan seluk beluk pengenalan takhrij, sehingga kita mendapatkan dasar ilmu dalam menakhrijkan hadist yang kemudian kita gunakan untuk mencoba menakhrijkanhadist secara mandiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takhrij Hadist
1. Secara Etimologi
Kata takhrij berasal dari kata kharaja, yang berarti al-zuhur (tampak) dan al-buruz (jelas).
Takhrij juga bisa berarti al-istinbat (mengeluarkan), al-tadrib (meneliti) dan al- taujih (menerangkan).[2]
Takhrij juga bisa berarti Ijtima’ al-amra’aini al-muttadla diin fi syai’in wahid (berkumpulnya dua persoalan yang bertentangan dalam suatu hal), al-istinbath (mengeluarkan dari sumbernya), at-tadrib (latihan), al-taujih (menjelaskan duduk persoalan, pengarahan).
Sedang menurut Syeikh Manna’ Al- Qaththan, takhrij berasal dari kata kharaja yang artinya nampak dari tempatnya, atau keadaan,terpisah dan kelihatan. Al-kharaja artinya menampakan dan memperlihatkannya,dan al-makhraja artinya tempat keluar, dan akhraja al-khadits wa kharrajahu artinya menampakkan dan memperlihatkan hadits kepada orang dengan menjelaskan tempat keluarnya.
2. Secara Terminology
Sedangkan menurut pengertian terminologis, takhrij berarti;
االتخريج هو الدلالة على موضع الحديث في مصادره الأصلية التي أخرجته بسنده. ثم بيان مرتبته عند الحاجة
Artinya :
“Menunjukkan letak Hadits dalam sumber – sumber yang asli (sumber primer) di mana diterangkan rangkaian sanadnya kemudian menjelaskan Hadits itu bila perlu. Menunjukkan letak Hadits suatu Hadits berarti menunjukkan sumber – sumber dalam Hadits itu diriwayatkan, misalnya pernyataan أخرجه البخاري في صحيحه (Al-Bukhori mengeluarkan Hadits dari kitab sahihnya)
3. Secara Bahasa
Takhrij secara bahasa berarti juga berkumpulnya dua perkara yang saling berlawanan dalam satu persoalan, namun secara mutlak diartikan oleh para ahli bahasa dengan arti “mengeluarkan” (al istinbath), “melatih” (at tadrib), dan “menghadapkan” (at taujih).[3]
4. Menurut Istilah dan Para Ahli
a. Takhrij menurut istilah adalah sebagai berikut: Pendapat Mahmud Ath- Thahhan “Takhrij adalah penunjukan terhadap tempat hadist di dalam sumber aslinya yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan.”
b. Pendapat Ahli hadist bahwa Takhrij mempunyai beberapa arti sebagai berikut:
Pertama, mengemukakan hadist kepada orang banyak dengan menyebutkanpara periwayatnya dalam sanad yang telah meyampaikan hadist itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh.
Kedua, Ulama hadist mengemukakan berbagai hadist yang telah dikemukakan oleh para guru hadist, atau berbagai kitab, atau yang lainnya. Yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri, atau para gurunya, atau temannya, atau orang lain, dengan menerangkan siapa periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber pengambilan.
Ketiga, menunjukan asal- usul hadist dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadist yang disusun oleh para mukhorrijnya langsung (yakni para periwayat yang juga sebagai penghimpun bagi hadist yang mereka riwayatkan)
Keempat, mengemukakan hadist berdasarkan sumbernya atau berbagai sumbernya, yakni kitab-kitab hadist, yang didalamnya disertakan metode periwayatannya dan sanadnya masing-masing, serta diterangkan keadaan periwayatnya dan kualitas hadistnya.
Kelima, menunjukan atau mengemukakan letak asal hadist pada sumber yang asli, yakni berbagai kitab yang didalamnya dikemukakan hadist itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing: kemudian untuk kepentingan penelitian, dijelaskan kualitas sanad hadist tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Takhrijul hadist adalah mengemukakan hadist pada orang banyak dengan menyebutkan para rowinya, mengemukakan asal usul hadist sambil dijelaskan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadist yang rangkaian sanadnya berdasarkan riwayat yang telah diterimanya sendiri atau berdasarkan rangkaian sanad gurunya, dan penelusuran atau pencarian hadist dalam berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadist yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadist yang bersangkutan.
B. Sejarah Takhrij Hadist
Para ulama dan peneliti hadist terdahulu tidak memebutuhkan kaidah-kaidah dan pokok-pokok takhrij (Ushulult Takhrij), karena pengetahuan mereka sangat luas dan ingatan mereka sangat kuat terhadap sumber-sumber sunnah. Ketika mereka membutuhkan hadist sebagai penguat , dalamwaktu singkat mereka dapat menemukan tempatnya dalam kitab-kitabhadist berdasarkan dugaan yang kuat. Disamping itu mereka juga mengetahui sistimatika penyusunan kitab-kitab hadist, sehingga mudah bagi mereka untuk mempergunakan dan memeriksa kembali guna mendapatkan hadist. Hal seperti itu juga mudah bagi orang yang membaca hadist pada kitab-kitab selain hadist, karena ia berkemampuan mengetahui sumbernya dan dapat sampai pada tempatnya dengan mudah.
Keadaan seperti itu berlangsung sampai berabad-abad, hingga pengetahuan para ulama tentang kitab-kitab hadist dan sumber aslinya menjadi sempit, maka sulitlah bagi mereka untuk mengetahui tempat-tempat hadist yang menjadi dasar Ilmu Syar‟i, seperti fikih, tafsir, sejarah, dan sebagainya. Berangkat dari kenyataan inilah sebagaian ulama‟ bangkit untuk membela hadist dengan cara menakhrijkannya dari kitab-kitab selain hadist, menisbatkannya pada sumber asli, menyebutkan sanad-sanadnya, dan membicarakan kesahihan dan kedhoifan sebagian atau seluruhnya maka timbullah kitab-kitab takhrij.
Ulama yang pertama kali melakukan Takhrij menurutAth Thohan adalah Al- Khatib Al-Baghdadi (w, 436 H), Kemudian dilakukan pula oleh Muhammad bin Musa Al-Hazimi (w. 584 H), dengan karyanya yang berjudul Takhrij Ahadist Al-Muhadzdzab. Ia mentakhrij kitab fikih karya Abu Ishaq Asy-Syirazi. Ada juga ulama lainnya seperti Abu Qosim Al-Husaini dan Abu Al-Qosim Al-Mahrawani. Karya kedua ulama ini hanya beberapa mahthuthah (manuskrip) saja.[4]
Pada perkembangan selanjutnya, cukup banyak bermunculan kitab yang berupaya mentakhrij kitab-kitab dalam berbagai ilmu agama.
Ulama-ulama hadist telah menulis berpuluh-puluh kitab-kitab tentang Takhrij, yang populer di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kitab Takhrij Ahadisil Muhadzab, karya Abu Ishaq Al-Syirozi, tulisan Muhammad bin Musa Al-Hazimi(w. 584 H).
2. Kitab Takhriju Ahadisil Mukhtashoril Kabir, karya Ibnu Hajib, tulisan Ahmad bin Abdul Hadi Al-Maqdisi(w. 774 H).
3. Kitab Nasbur Royah Li Ahadisil Hidayah , karya Al-Margigani, tulisann Abdulloh bin Yusuf Az-Zaila‟i(w. 762 H).
4. Kitab Takhriju Ahadisil Kassyaf li Az-Zamakhsyari, karya Al-Jahiz, tulisan Hafidz Az-Zailai.
5. Kitab Al-Badrul Munir fi Takhrijil Ahadisti wa Asiril Waqi’ati Fish Syrkhil Kabiri, karya Rofi‟i, tulisan Umar bin Ali bin Al-Mulqin(w. 804 H)
6. . Kitab Al-Mughni An Hamilil Asfar Fil Al-Ashfar Fi Takhriji Ma Fil Ihya’ Minal Akhbar, tulisan Abdur-Rahim bin Al-Husain Al-Iroqi(W.806 H).
7. Kitab-kitab Takhrij At-Turmudzi yang ditandainya dalam setiap tulisan Al-Hafidz Al-Iroqi juga.
8. Kitab-kitab Talkhisul Kabir Fi Takhrijil Ahadisti Syarkhil Wajizil Kabir, Kitab Ar-Rofi‟i, tulisan Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Ashqolani(w. 852 H).
9. Kitab Ad- Diroyah fi Takhrijil ahadisil Hidayah, tulisan Al-Hafidz Ibnu Hajar.
10. Kitab Tuhfatur-Rawi Fi Takhriji Ahadisil Baidawi, tulisan Abdur Rouf Al Munawi(w.1031 H)
C. Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadist
C.
Kegiatan Takhrij Hadist mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sumber otentik suatu hadist dari buku hadist apa saja yang didapatkan.
2. Mengetahui ada berapa tempat hadist tersebut dengan sanad yang berbeda di dalam sebuah buku hadist atau dalam beberapa buku induk hadist.
3. Mengetahui kualitas hadist makbul(diteirma) atau mardud( ditolak).
4. Mengetahui eksistensi suatu hadist apakah benar suatu hadist yang ingin diteliti terdapat dalam buku-buku hadist atau tidak.
5. Mengetahui asal-usul riwayat hadist yang akan diteliti.
6. Mengetahui seluruh riwayat bagi hadist yang akan diteliti.
7. Mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi‟ pada hadist yang akan diteliti
Tidak dapat dipungkiri bahwa manfaat Takhrij adalah sangat besar terutama bagi orang yang mempelajari hadist dan ilmunya. Adapun manfaat takhrijul hadist cukup banyak diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menghimpun sejumlah sanad hadist, dengan takhrij seseorang dapat menemukan sebuah hadist yang akan diteliti di sebuah atau beberapa tempat di dalam kitab Al-Bukhori saja, atau di dalam kitab-kitab lain. Dengan demikian ia akan menghimpun sejumlah sanad.
2. Mengetahui referensi beberapa buku hadist, dengan takhrij seseorang dapat mengetahui siapa perawi suatu hadist dan yang diteliti dan didalam kitab hadist apa saja hadist tersebut didapatkan.
3. Mengetahui keadaan sanad yang bersambung(muttashil) dan yang terputus(munqothi’) dan mengetahui kadar kemampuan perawi dalam mengingat hadist serta kejujuran dalam periwayatan.
4. Mengetahui status suatu hadist. Terkadang ditemukan sanad suatu hadist dhoif, tetapi melalui sanad lain hukumnya sahih.
5. Meningkatkan suatu hadist yang dhoif menjadi hasan lighorihi karena adanya dukungan sanad lain yang seimbang atau lebih tinggi.
6. Mengetahui bagaimana para imam hadist menilai suatu kualitas hadist dan bagaimana kritikan yang disampaikan.
7. Seseorang yang melakukan takhrij dapat menghimpun beberapa sanad dan matan hadist.
8. Dengan takhrij dapat diketahui banyak sedikitnya beberapa jalur periwayatan suatu hadist yang sedang menjadi topik kajian.
9. Dengan takhrij akan diketahui kuat dan tidaknya periwayatan. Makin banyaknya jalur periwayatan akan menambah kekutan riwayat, sebaliknya tanpa dukungan periwayatan lain maka berarti kekuatan periwayatan tidak bertambah.
10. Dengan takhrij kekaburan suatu periwayatan, dapat diperjelas dari periwayatan jalur isnad yang lain. Baik dari segi rawi, isnad maupun matan hadist.
11. Dengan takhrij akan dapat ditentukan status hadist shahih dzatihi atau shahih lighoirihi li ghoirihi, hasan li dzatihi atau hasan lighoirihi. Demikian juga akan diketahui istilah hadist mutawatir, masyhur, aziz, dan ghorib.
12. Dengan takhrij akan dapat diketahui persamaan dan perbedaan atau wawasan yang lebih luas tentang berbagai periwayatan dan beberapa hadist terkait.
13. Memberika kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan setelah mengetahui bahwa hadist tersebut adlah maqbul(dapat diterima), sebaliknya orang yang tidak mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadist tersebut mardud(ditolak).
14. Mengetahui keyakinan bahwa suatu hadist adalah benar-benar berasal dari Rosulululloh SAW yang harus diikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadist tersebut, baik dari segi sanad maupun matan.
D. Metode Takhrij
Jika kita hendak menakhrijkan hadist dan hendak mengetahui dan tempatnya dalam sumber aslinya, terlebih dahulu harus mempelajari keadaan hadist. Hal ini dengan cara melihat sahabat yang meriwayatkannya, pokok bahasannya, lafal-lafalnya, lafal pertamanya, atau dengan melihat sifat-sifat tertentudalam sanad atau matannya. Demikian ini agar kita dapat menentukan metode yang tepat dan mudah dalam menakhrijkan hadist yang dimaksud. Menurut Mahmud At-Thohan macam-macam metode menakhrijkan hadist adalah sebagai berikut: [5]
1. Dengan cara mengetahui sahabat yang meriwayatkan hadist.
Metode takhrij ini dapat diterapkan selama nama sahabat yang meriwayatkan terdapat dalam hadist yang hendak ditakhrij. Jika sebaliknya atau tidak mungkin dapat diketahui dengan cara apapun, maka metode ini tidak dapat diterapkan. Adapun kitab-kitab pembantu metode ini adalah sebagai berikut:
a. Kitab-kitab Musnad
Musnad adalah kitab hadist yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat, atau kitab yang menghimpun hadist-hadist sahabat.
b. Kitab-kitab Mu‟jam
Mu‟jam adalah kitab-kitab hadist yang yang disusun berdasarkan musna-musnad sahabat, guru-gurunya, Negara atau lainnya.dan umumnya susunan nama - nama sahabat it berdasarkan urutan huruf hijaiyah, tetapi ada kitab-kitab mu‟jam yang disusun berdasarkan musna-musnad sahabat.
c. Kitab-kitab Atraf
Kitab Atraf adalah bagian kitab-kitab hadist yang hanya menyebutkan bagian(tarf) hadist yang dapat menunjukan keseluruhannya, kemudian menyebutkan sanad-sanadnya, baik secara menyeluruh atau hanya dinisbahkan (dihubungkan) pada kitab-kitab tertentu.
2. Metode Takhrij menurut Lafadz Pertama dari Matan Hadist
Metode takhrij hadist dari lafadz pertama, yaitu suatu metode berdasarkan pada lafadz pertama matan hadist, sesuai dengan urutan huruf hijaiyah dan alfabetis, sehingga metode ini mempermudah pencarian hadist yang dimaksud. Adapun kitab-kitab yang membantu kita dalam menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
a. Kitab-kitab tentang hadist-hadist yang masyhur di kalangan masyarakat: Yaitu ucapan-ucapan yang banyak beredar dan selalu diriwayatkan di kalangan masyarakat, yang disandarkan pada nabi Muhammad SAW.
b. Kitab-kitab tentang hadist yang disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyah.
c. Kitab-kitab miftah(kunci) dan Fahras (kamus) kitab-kitab hadist tertentu.
3. Mencari Hadist berdasarkan Tema
Penelusuran Hadist yang didasarkan pada tema / topic (maudhu’i) hendaknya sudah mengetahui topic hadist kemudian ditelusuri melalui kamus hadist tematik. Salah satu kamus hadist tematik adalah iftah min Kunuz As-Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi, terjemahan dari aslinya berbasa inggris A Handbook of Early Muhammadan karya A.J Wensink. Pencarian matan hadist yang berdasarkan topic masalah sangat menolong pengkaji hadist yang ingin memahami petunjuk-petunjuk hadist dalam segala konteksnya.
4. Metode Takhrij menurut Lafadz-Lafadz yang Terdapat dalam Hadist
Metode Takhrij hadist menurut lafadz yang terdapat dalam hadist, yaitu suatu metode yang berlandaskan pada kata-kata yang terdapat alam matan hadist, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan dalah bagian hadistnya sehingga pencarian hadist-hadist yang dimaksud dapat diperoleh. Kamus yang diperlukan dalam dalam etode takhrij ini salah satunya yang paling mudah adalah Kamus Al-Mu‟jam Al-Mufahras li Alfadz Al-Hadist An-Nabawi yang disusun oleh A.J Wensinck dan kawan-kawannya dalam 8 jilid.
5. Metode dengan Jalan Meneliti Sanad dan Matan Hadist
Metode ini adalah mempelajari tentang keadaan matan dan sanad hadist, kemudian mencari sumbernya dalam kitab-kitab yang membahas tentang keadaan matan dan sanad hadist tersebut. Metode ini terbagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian Matan
Jika dalam hadist terdapat tanda-tanda kepalsuan seperti lemah lafalnya, rusak maknanya atau bertentangan dengan teks Al-Qur’an yang sahih atau sebagainya, maka cara yang tepat untuk mengetahui sumbernya adalah melihat kitab-kitab Al-Maudhuat (Kitab-kitab tentang hadist maudhu’). Dengan kitab-kitab ini, dapatdiketahui hadist-hadist yang mempunyai sifat-sifat tersebut diatas, takhrijnya bahasan, dan penjelasan tentang orang yang memalsukannya. Contoh: kitab-kitab tentang hadist maudhu’ adalah Al Maudu’atul Kubro karya Syekh Ali Al-Qori Al Harawi (w, 1014 H) dan kitab Tanzihus-Syari’ah Al Marfu’ah Anil Ahadist- Syari’ah Al Maudhuat karya Abu hasan Ali sbin Muhammad bin Iraq Al Kinani (w, 963 H).
Jika matan hadist tersebut termasuk hadist qudsi maka sumber yang tepat untuk mencarinya adalah kitab-kitab khusus yang membahas tentang hadist qudsi karena di dalamnya disebutkan hadist dan perawinya secara lengkap, misalnya dalam kitab Misykatul Anwar Fima Ruwiya Anillahi Subhanahu Wa Ta‟ala Minal Akbar karya Muhyidin Muhammad bin Ali binArabi Al Khatimi Al-Andulisi (w, 638 H).
b. Penelitian Sanad
Kegiatan ini dilakukan jika dalam sanad suatu hadist terdapat kesamaran, seperti:
Pertama, seoarang bapak meriwayatkan hadist dari anaknya, maka sumber yang tepat untuk menakhrijkannya adalah kitab-kitab khusus tentang hadist-hadist riwayat bapak dan anaknya. Misalnya kitab Riwayatul Aba’ ‘Anil Abna’, karya Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Khatib Al-Bagdadi (w, 436 H)
Kedua, sanadnya Musalsal, maka dapat digunakan kitab-kitab yang membahas tentang hadist musalsal, diantaranya seperti kitab Al Musalsalatul Kubra, karya As-Suyuthi yang menghimpun 85 hadist musalsal.
Ketiga, sanadnya Mursal, maka digunakan kitab-kitab tentang hadist mursal, diantaranya seperti kitab Al-Marasil, karya Abu Dawud As Sijistani.
Keempat, perawinya lemah, maka dapat dicari dalam kitab-kitab tentang perawi dho‟if dan yang masih dibicarakan kualitasnya diantaranya sesperti kitab Mizanul I‟tidal karya Az-Zahabi.
c. Penelitian Matan dan Sanad
Kegiatan ini dilakukan jika dalam suatu hadist yang akan diteliti terdapat beberapa sifat dan keadaan seperti adanya ‘llat dan kesamaran hadist, maka dapat mencari hadist tersebut dalam kitab-kitab yang membahas tentang ‘illat dan sesamaran hadist, diantaranya kitab-kitab ‘Illalul hadist karya Ibnu Hatim Ar-Razi, Al-Asma’il Mubhamah dalam Fil Anbail MukhkamahKarya Al-Khatib Al-Bagdadi, Al-Mustafad Min Mubhamatil Matni wal Isnad, karya Abu Zur‟ah Ahmad bin Abdur Rohim Al’Iroq.
Berdasarkan kelima metode takhrij di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang peniliti hadist harus memahami tentang metode-metode takhrij dan kitab-kitab yang dipakai dalam mempraktikan setiap metode takhrij itu. Peneliti hadist juga harus faham tentang ulumul hadist dan cabang-cabang ilmu hadist.
E. Kitab-Kitab untuk Takhrij Hadist
Ketika melakukan takhrij hadist kita memerlukn kitab-kitab yang berkaitan dengan takhrij hadist ini. Adapun kitab-kitab tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Hidayatul bari ila tartibi Ahadisil Bukhori
Penyusun kitab ini adalah Abdur Rohman Ambar Al-Misri At-Tahtawi. Kitab ini disusun khusus untuk mencari hadist-hadist yang termuat dalam Sokhikh Bukhori. Lafadz hadist disusun menurut aturan huruf abjad arab, namun hadist-hadist yang dikemukakan secara berulang dalam Sokhikh Bukhori tidak dimuat secara berulang dalam kamus di atas. Dengan demikian perbedaan lafadz dalam matan hadist riwayat Al-Bukhori tidak dapat diketahui melalui kamus tersebut. [6]
2. Mu‟jam Al-Fadzi wala Siyyama Al-Garibu Minha atau Fahras litartibi Ahadisti Sokhikh Muslim
Kitab tersebut merupakan salah satu juz ke-5 dari kitab Shohih Muslim yang disunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz ke 5 ini merupakan kamus terhadap juz ke 1-4 yang berisi:
a) Daftar urutan judul kitab, nomor hadist, dan juz yang
memuatnya.
b) Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadist yang
termuat dalam Shohih Muslim.
c) Daftar awal matan hadist dalam bentuk sabda yang tersusun
menurut abjad serta menerangkan nomor-nomor hadist yang
diriwayatkan oleh Bukhori bila kebetulan hadist tersebut juga
diriwayatkan oleh Bukhori.
3. Miftahus Shokhihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustofa Al-Tauqiyah. Kitab ini dapat digunakan untuk mencari hadist-hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, akan tetapi hadist-hadist yang dimuat dalam kitab ini hanyalah hadist-hadist yang berupa sabda saja. Hadist tersebut disusun menurut abjad dari awal lafadz matan hadist.
4. Al-Bughyatu fi Tartibi Ahadisti Al-Hiyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin Al-Sayyid Muhammad bin Sayyid Siddiq Al-Qomari. Kitab hadist tersebut memuat dan menerangkan hadist-hadist yang tercantum dalam kitab yang disusun oleh Abu Nuaim Al-Asbuni(W.340 H) yang berjudul Hilyatul Auliyai wathabaqotul Asfiyani.
Sejenis dengan kitab tersebut adalah kitab Miftahut Tartibi li Ahadisti Tarikhil Khotib yang disusun oleh Sayyid Ahmad bin Sayyid Muhammad bin Sayyid As-Shiddiq Al-Qomari yang memuat dan menerangkan hadist-hadist yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar bin Ali bin Subit bin Ahmad Al-Baghdadi yang dikenal dengan Al-Khotib Al-Bagdadi(w 436 H). Kitabnya diberi judul Tarikhu Baghdadi yang terdiri dari 4 jilid.
5. Al-Jamius Shogir
Kitab ini disusun oleh Imam Jalaludin Abdurrohman As-Suyuthi(w91 H). Kitab kamus hadist ini memuat hadist-hadist yang terhimpun dalam kitab himpunan hadist yang disusun oleh As Suyuthi juga, yakni Jam‟ul jawami‟.
Hadist yang dimuat dalam kitab Jami‟us Shogir disusun berdasarkan urutan abjad dari awal lafadz matan hadist. Sebagian dari hadist –hadist itu ada yang ditulis secara lengkap dan ada pula yang ditulis sebagian saja, namun telah mengandung pengertian yang cukup. Kitab hadist tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat Nabi yang meriwayatkan hadist yang bersangkutan dengan nama-nama mukhorrijnya(periwayat hadist yang menghimpun hadist dalam kitabnya), selain itu hampir setiap hadist yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penilaian yang dilakukan atau disetujui oleh As-Suyuthi.
6. Al Mu‟jam Al Mufahras li Al Alfadzi Hadist Nabawi
Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Diantara anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan proses penyusunan adalah Dr.Arnold John Wensink(w 939 M), seorang profesor bahasa semit, ternasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, Belanda.
Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadist yang berdasarkan petunjuk lafadz matan hadist. Berbagai lafadz yang disajikan tidak dibatasi hanya lafadz-lafadz yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari matan hadist. Dengan demikian, kitab Mu;jam mampu memberikan informasi kepada pencari matan dan sanad hadist selama sebagian dari lafadz matan yang dicarinya itu telah dikeytahuinya. Kitab Mu‟jam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan untuk mencari hadist-hadist yang terdapat dalam sembilan kitab hadist, yakni Shohih Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Turmudzi, Sunan An-Nasa‟i, Sunan, Ibnu Majah, Sunan Darimi, Muwatta Malik, dan Musnad Ahmad
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diantaranyaada 6 kitab yang diperlukan ketika melakukan takhrij hadist yaitu,Hidayatul bari ila tartibi Ahadisil Bukhori, Mu‟jam Al-Fadzi wala Siyyama Al-Garibu Minha atau Fahras litartibi Ahadisti Sokhikh Muslim, Miftahus Shokhihain, Al Bughyatu fi Tartibi Ahadisti Al Hiyah Al-Jamius Shogir, Al Mu’jam Al Mufahras li Al alfadzi Hadist Nabawi.
F. Langkah-Langkah Praktis Penelitian Hadist
Langkah-Langkah penelitian Hadist meliputi penelitian sanad dan penelitian matan:
1. Penelitian Sanad dan Rawi Hadist
a. Meneliti sanad dan Rawi adalah takhrij
b. I‟tibar yaitu menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadist tertentu, dan hadist tersebut pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat rawi saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada rawi yang lain atau tidak untuk bagian sanad dari sanad yang dimaksud.
Langkah ini tidak dapat ditinggal sama sekali, mengingat sebelum melakukan penelitian terhadap karakteristik terhadap setiap rawi, perlu diketahui lebih duhulu rangkaian para rawi yang terlibat dalam periwayatan hadist yang bersangkutan. Langkah ini dilakukan dengan membuat skema sanad.
c. Meneliti nama para rawi yang tercantum dalam skema sanad (penelitian asma Ar-ruwat). Langkah ini dilakukan dengan mencari nama, nisbat, kunyah, dan laqob setiap rawi dalam kitab-kitab rijalul hadist, seperti kitab Tahdzib At-Tahdzib.
d. Meneliti Tarikh Ar-Ruwat, yaitu meneliti al-Masyayikh wa al-Talamidz (Guru dan murid)dan al-mawalid wa al-wafayat (tahun kelahiran dan kematian). Dengan langkah ini dapat diketahui bersambung atau tidaknya suatu sanad.
e. Meneliti Jarh wa Ta‟dil untuk mengetahui karakteristik rawi yang bersangkutan, baik dari segi aspek moral maupun aspek intelektualnya(keadilan dan kedhobitannya)
2. Penelitian Matan
Langkah terakhir adalah penelitian terhadap matan hadist, yaitu menganalisa matan untuk mengetahui kemungkinan adanya „illat dan syudzudz padanya. Langkah ini dapat dikatakan sebagai langkah yang paling berat dalam penelitian suatu hadist, baik teknik pelaksanaannya maupun aspek tanggung jawabnya. Hal itu karena kebanyakan pengalaman suatu hadist justru lebih bergantung pada hasil analisis matannya daripada penelitian sanad.
Langkah ini memerlukan wawasan yang luas dan mendalam, untuk itu seorang peneliti dituntut untuk menguasai bahasa arab dengan baik, menguasai kaidah-kaidah yang berkaitan dengan tema matan hadist , memahami isi al-Qur‟an, baik tekstual maupun kontekstual, memahami prinsip-prinsip ajaran islam, mengetahui metode istinbath, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulan bahwa langkah-langkah praktis penelitian hadis yaitu melalui penelitian sanad dan rowi hadits serta penelitian matan hadits.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dalam makalah kami dapat kita petik sebuah kesimpulan pertama, pengertian dari Takhrij Hadistitu sendiri yaitu mengemukakan hadist pada orang banyak dengan menyebutkan para rowinya, mengemukakan asal usul hadist sambil dijelaskan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadist yang rangkaian sanadnya berdasarkan riwayat yang telah diterimanya sendiri atau berdasarkan rangkaian sanad gurunya, dan penelusuran atau pencarian hadist dalam berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadist yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadist yang bersangkutan.
Kedua, sejarah singkat Takhrij dimulai dari Ulama yang pertama kali melakukan Takhrij menurutAth Thohan adalah Al- Khatib Al-Baghdadi (w, 436 H), Kemudian dilakukan pula oleh Muhammad bin Musa Al-Hazimi (w. 584 H), dengan karyanya yang berjudul Takhrij Ahadist Al-Muhadzdzab. Ia mentakhrij kitab fikih karya Abu Ishaq Asy-Syirazi. Ada juga ulama lainnya seperti Abu Qosim Al-Husaini dan Abu Al-Qosim Al-Mahrawani. Karya kedua ulama ini hanya beberapa mahthuthah (manuskrip) saja.
Ketiga, tujuan Takhrij hadist meliputi mengetahui sumber otentik suatu hadist dari buku hadist apa saja yang didapatkan, mengetahui ada berapa tempat hadist tersebut dengan sanad yang berbeda di dalam sebuah buku hadist atau dalam beberapa buku induk hadist, mengetahui kualitas hadist makbul(diteirma) atau mardud( ditolak), mengetahui eksistensi suatu hadist apakah benar suatu hadist yang ingin diteliti terdapat dalam buku-buku hadist atau tidak, mengetahui asal-usul riwayat hadist yang akan diteliti, mengetahui seluruh riwayat bagi hadist yang akan diteliti, mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi’ pada hadist yang akan diteliti.
Keempat, macam metode dari Takhrij Hadist ada:
1. Dengan cara mengetahui sahabat yang meriwayatkan hadist.
2. Metode Takhrij menurut Lafadz Pertama dari Matan Hadist
3. Mencari Hadist berdasarkan Tema
4. Metode Takhrij menurut Lafadz-Lafadz yang Terdapat dalam Hadist
5. Metode dengan Jalan Meneliti Sanad dan Matan Hadist
Kelima, yaitu berbagai kitab yang dapat digunakan untuk menakhrij hadis, meliputi:
1. Hidayatul bari ila tartibi Ahadisil Bukhori
2. Mu‟jam Al-Fadzi wala Siyyama Al-Garibu Minha atau Fahras litartibi Ahadisti Sokhikh Muslim
3. Miftahus Shokhihain
4. Al-Bughyatu fi Tartibi Ahadisti Al-Hiyah
5. Al-Jamius Shogir
6. Al Mu‟jam Al Mufahras li Al Alfadzi Hadist Nabawi
Sehingga dengan dengan begitu kita dapat melakukan takhrij hadis melalui metode yang sudah ada dengan langkah-langkahnya, menggunakan kitab-kitab pilihan pembaca.
B. Saran
Demikian pentingnya dasar pembelajaran tentang Takhrij Hadist ini yang harus dipahami..
Oleh karena itu, prinsip kesungguhan dan keikhlasan dapat diterapkan agar kita dapat lebih menakhrij hadist dengan baik dan cermat.
Daftar Pustaka
Mustawa, Teuku.“Urgensi Takhrij Hadis”. 02 Januari 2016.Diakses pukul 10.04.http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/04/urgensi-takhrij-hadis.html
Munawaroh, Badiatul. “Takhrij Hadist PDF”. 01 Januari 2016. Diakses pukul 10.41 WIB. https://badiatulmunawaroh.files.wordpress.com/2012/05/takhrij-hadis.pdf
Syariyansyah, Muhammad . “Pengenalan Takhrij Al-Hadist”. 31 Desember 2015. Diakses pukul 11.15 WIB. http://islaminstituthere.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengenalan-takhrij-al-hadis.html



[1] Teuku Mustawa, “Urgensi Takhrij Hadis”, 02 Januari 2016, diakses pukul 10.04, http://kutaradja92.blogspot.co.id/2014/04/urgensi-takhrij-hadis.html
[2] Muhammad Syariyansyah, “Pengenalan Takhrij Al-Hadist”, 31 Desember 2015, diakses pukul 11.15 WIB, http://islaminstituthere.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengenalan-takhrij-al-hadis.html
[3] Badiatul Munawaroh, “Takhrij Hadist PDF”, 01 Januari 2016 , diakses pukul 10.41 WIB, https://badiatulmunawaroh.files.wordpress.com/2012/05/takhrij-hadis.pdf
[4] Badiatul Munawaroh, “Takhrij Hadist PDF”, 01 Januari 2016 , diakses pukul 10.41 WIB, https://badiatulmunawaroh.files.wordpress.com/2012/05/takhrij-hadis.pdf
[5] Badiatul Munawaroh, “Takhrij Hadist PDF”, 01 Januari 2016 , diakses pukul 10.41 WIB, https://badiatulmunawaroh.files.wordpress.com/2012/05/takhrij-hadis.pdf
[6] Badiatul Munawaroh, “Takhrij Hadist PDF”, 01 Januari 2016 , diakses pukul 10.41 WIB, https://badiatulmunawaroh.files.wordpress.com/2012/05/takhrij-hadis.pdf


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAKALAH - PENGENALAN TAKHRIJ HADIST | MANAJEMEN PENDIDIKAN"

Posting Komentar