MATERI MAKALAH - Perkembangan Hadist | Usaha-usaha Pelestarian Hadist | | MANAJEMEN PENDIDIKAN

BAB II
PEMBHASAN
A. Perkembangan Hadist
I. Hadist pada masa Rasulullah SAW
Membicarakan hadist pada masa Rasulullah SAW. Berartimembicarkanpada awal pertumbuhannya , disebut jugasebagai masa turunnya wahyu dan ashr pembentukan masyarakat Islam. Pada saat al-wahyi wa at-takwin af’al, aqwal inilah hadist lahir berupa Nabi Muhammad yang taqrir dan berfungsi untuk menerangkan al-Qur’an. Sebagai Rasul, Muhammad SAW. Baekepentinganmenyebarkan Islam kepadaumat manusia. Bagitupun al-hadist yang tersiar bersama penyiaran Islam itu sendiri.
Adapun faktor yang mendukung percepatan penyiaran hadits dimasa Nabi:
a. Rasulullah SAW sendiri rajin menyampaikan dakwah.
b. Karakter ajaran Islam sebagai ajaran baru telah membangkitkan semangat orang di lingkungannya untuk selalu mempertanykan kandungan ajaran agama ini, selanjutnya, secara otomatis tersebar ke orang lain secara berkesinambungan.
c. Peranan isteri Nabi amat besar dalam penyiaran Islam, hadits termasuk di dalamnya.
Pada masa ini, Nabi SAW melarang para sahabat menulis sunnah dan membukukannya, cukup dengan menghafalnya sampai pada masa di mana al-Qur’an telah terkodifikasi dengan baik.
Dalil yang menunjukkan hal ini ialah:
“Janganlah kamu menulis sesuatu yang berasal dari padaku, terkecuali Al-Qur’an. Dan barangsiapa telah menlis dari padaku selain Al-Qur’an, hendaklah menghapusnya”(HR. Muslim).
Hal ini dimksudkan, agar Ayat-ayat Al-Qur’an jangan sampai bercampur dengan yang bukan ayat-ayat Al-Qur’an. Demikian alasan logis yang dapat diambil dari padanya.
Namun, dibalik larangan Rasulullah SAW. ternyata ditemukan sejumlah sahabat yang memiliki catatan dan melakukan penulisan terhadap hadits. Rasulullah memerintah kepada para sahahbat untuk menulis hadits-haditsnya, beliau bersabda:
“Tulislah. Maka demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, tidaklah keluar dari mulutku kebenaran”.(HR. Abu Daud)
Sebagai alasan logis (alasan aqliyah) daripada peintah menulis hadits ini, ialah bahwa:
· Di antara para sahabat, ada yang telah pandai menulis.
· Di antara para sahabat, ada yang kurang kuat ingatan/hafalannya.
· Untuk memberi petunjuk yang lebih jelas dan orisinil kepada para petugas Rasul di daerah-daerah, diperlukan adanya dokumen tertulis.[1]
II. Hadits pada masa sahabat
Kata sahabat berasal dari bahasa Arab,ini berakar dari as-shahabah (yang memiliki shad-ha-ba’ huruf) muqaranah arti yang sama dengan yang bisa muqarabah atau diterjemahkan dengan menyertai atau mendekati , jama’ dari lughah menurut shahabat itu diartikan:” yang empunya shahib,’ uruf atau menyertai”. Menurut yang selalu berada kawan atau teman bersama-sama kita. Dan jama’ kata, dan ashab, shabhun adalah shahib shahabah.
Selain itu, jawaban atas pertanyaan“siapa yang disebut sahabat” antara lain:
a. Orang yang pernah berjumpa dengan Nabi dengan beriman kepadanya dan mati sebagai orang Islam.
b. Orang yang lama menemani Nabi SAW. Dan berulang kali mengadakan pejumpaan dengannya dalam rangka mengambil pelajaran mengikuti dan darinya.
c. Orang Islam yang pernah menemani Nabi SAW. Atau melihatnya.
Yang dimaksud dengan periode sahabat adalah periode sesudah Rasulullah SAW. Wafat hingga tampilnya generasi tabi’in selaku di Periode murid para sahabat. Sahabat, daerah kekuasaan Islam semakin luas melalui ekspansi militer. Penyiaran hadits sebagian dari penyiaran menyertainya. Memasuki periode ini, yang dihadapi oleh umat islam adalah persoalan orang-orang murtad dan pertikaian politik. Inilah yang merangsang munculnya hadits-hadits palsu. Fenomena tersebutmendorong para sahabat untuk berhati-hati dalam soal periwayatan hadits, baik dalam menerima maupun menyampaikannya. Selain iu, pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan penyebaran Al-Qur’an, maka periwayatan hadits belum begitu berkembang. Oleh karena itu, para sahabat utamanya khulafa’ur Rasyidin tidak menyukai banyak periwayatan dari Rasul takut terjadi kebohongan atas nama Rasul, dan pembelokan perhatian orang Islamdari Al-Qur’an kepada Al-hadits. Hingga periode ini masa pengetatan periwayatan hadits.
Analisis
Orang yang bertemu dengan Nabi SAW., namun dia belum memeluk agama Islam, tidak dipandang sahabat. Karena orang itu masih dipandang musuh. Orang yang semasa dengan Nabi SAW., dan beriman kepadanya tetapi tidak menjumpainya, atau menjumpai Nabi SAW. Setelah Nabi SAW wafat. Termasuk sahabat, jika dia tetap dalam keadaan beriman, sehingga dia wafat. Jika dia murtad sesudah dia dijuluki dengan sahabat, hilanglah kesahabatnya, sehingga dia kembali beriman.
Periwayatan hadits pada masa sahabat masih terbatas sekali. Sikap kehati-hatin para sahabat ditujukkan untuk menjaga kemurnian haduts agar terhindar dari kebohongan.
III. Hadist pada masa tabi’in
tabi’in dalam ilmu hadits ialah seluruh orang Islam yang hanya bertemu dengan sahabat, berguru kepadanya, tidak bertemu dengan Nabi SAW. Dan tidak pula semasa dengan Nabi SAW. Seorang dari tabi’in
tabi’ atau tabi’iy disebut pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan tabi’in tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh para sahabat. Pada masaini Al-qur’an sudah dikumpulkan dalam satu mushaf. Daerah kekuasaan Islampun semakin meluas. Sejalan dengan hal itu, penyebaran para sahabat ke daerah-daerah tersebut terus meningkat, sehingga masa ini dikenal masa penyebaran denga periwayatan hadits.
B. Usaha-usaha Pelestarian Hadist
a. Masa Rasulullah SAW
Sebagai mana telah dijelaskan, bahwa hadits Rasul, ada yang berbentuk sabda, perbuatan, hal ihwal, dan taqrir Rasulullah SAW.
Hadits-hadits Rasulullah tersebut, telah disampaikan oleh beliau dalam berbagai peristiwa dan cara, yakni:
a) Pada majelis-majelis Rasulullah
Rasulullah telah secara khusus dan teratur mengadakan majelis-majelis yang berhubungan dengan kegiatan pengajaran Islam.
Majelis-majelis yang beliau pimpin itu, bukan hanya untuk kaum pria saja, tetapi juga ada yang khusus untuk kaum wanita.
Kegiatan majelis pengajian Rasul tersebut, bukan hanya diadakan di masjid, tetapi juga di rumah-rumah.
b) Pada peristiwa yang Rasulullah mengalaminya kemudian beliau meneragkan hukumnya
Adakalanya terjadi suatu peristiwa, dan Rasulullah menyksikan peristiwa itu, kemudian beliau menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa tersebut.
c) Pada peristiwa yang dialmi oleh kaum muslim, kemudian menanyakan hukumnya kepada Rasulullah
Para sahabat, adakalanya mengalami suatu peristiwa yang berhubungan dengan dirinya dan adakalanya berhubungan dengan orang lain.
d) Pada peristiwa yang disaksikan langsung oleh para sahabat terhadap apa yang terjadi atau yang dilakukan Rasulullah
Banyak sekali, peristiwa yang dilakukan atau yang berhubungan dengan diri Rasulullah, yang disaksikan langsung oleh para sahabat. Umpamanya yang berhubungan dengan ibadah-ibadah Shalat, Puasa, Haji dan sebagainya. Begitu juga yang berhubungan dengan perjalanan Rasul, keadaan dan sifat-sifat beliau
b. Masa sahabat
a) Menjaga pesan-pesan Rasulullah SAW perhatian para sahabat tercurah untuk melaksanakan dan memelihara pesan-pesan Rasul SAW. Hal ini dibuktikan dengan melaksaakan segala yang di contohnya.
b) Secara lafdziah
Yakni menurut lafadz yang mereka terima dari Nabi, jadi secara dicret.
c) Secara maknawy
Yakni, hadits tersebut disampaikan oleh sahabat dengan mengemukakan maknanya saja, tadak menurut lafadz-lafadz seperti yang diucapkan oleh Rasulullah SAW.[3]
d) Taqlil ar-Riwayah
Secara khusus, dalam pemerintahan Abu Bakar dan Umar, ditemukan kesan meminimalisasi riwayat. Upaya tersebut semakin kuat hadits ketika Umar memegang tampukkekhalifahan. Umar memperlakukan hukuman dera bagi siapa ksaja yang memperbanyak periwayatan hadits.[4]
e) Berhati-hati dalam Meriwayatkan dan menerima hadits
Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan yang dilakukan para sahabat, disebabkan mereka khawatir terjadinya kekeliruan. Oleh karena itu, mereka berusaha memperketat periwayatan haditsdan penerimaan hadits.
c. Masa tabi’in
a) Pusat –pusat pembinaan hadits pada masa tabi’in terdapat beberapa kota sebagai tempat tujuan para tabi’in dalam mencari hadits, seperti: Madinah, Makkah, Bashroh, Syam, Kufah, Wasith, Yaman, Rei, Khurasan, Mesir.
b) Lawatan untuk mencari haditspara tabi’in berusaha menjumpai para sahabat ke tempat-tempat yang jauh dan memindahkan hafalan-hafalan mereka sebelum mereka meninngal.



[1] Drs. M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung, Angkasa, hlm 79
[2]Shofwatin Nihayah, Usaha-usaha Pelestarian Hadits, 5 November 2015, diakses pukul 12.34 WIB, http://www.net.com
[3] Drs. M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung; Angkasa, hlm 83-88
[4] http://blog.uin-malang.ac.id/amin/2010/09/21/hadits-pada-masa-sahabat-dan-tabi’in/

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MATERI MAKALAH - Perkembangan Hadist | Usaha-usaha Pelestarian Hadist | | MANAJEMEN PENDIDIKAN"

Posting Komentar