CERPEN - Saat Langit Menangis
Detikan jarum menitikkan perjalanan waktu seorang gadis bernama Crystal. Crystal seorang putri semata wayang yang dilahirkan seorang ibu yang merangkap menjadi sosok ayah selama perjalanan hidupnya. Telah lama Crystal menyendiri dalam kesibukannya menjadi sekretaris sang ibu. Waktu beralun menggoyahkan keteguhan Crystal untuk tetap sendiri. Sang ibu mengenalkan Crystal kepada direktur perusahaan tempat ibu dan anak itu bekerja. Kini Crystal menikmati masa pacaran dengan sosok yang dikenalkan oleh ibunya, lelaki itu bernama Austen. Semua kemewahan melinangi Crystal saat berpacaran dengan direktur perusahaan elektronik itu, terlebih restu orang tua dari kedua kubu juga mempermudah hubungan mereka berdua.
Austen dan Crystal berencana untuk berlibur bersama pada kota tempat kelahiran Austen. Penerbangan dengan khidmat dilaksanakan, hingga kabin pesawa menjadi gempita, setelah kejutan dari Austen untuk melamar Crystal meledak dalam keheningan. Riuh redam dalam pesawat yang tengah mengepakkan sayapnya dengan kompak menyembulkan teriakan ; “Terima-terima-terima”. Setibanya kedua pasangan muda itu, mereka disambut hangat oleh keluarga Austen. Keluarga kecil Austen bersama calon menantu sangat antusias melewati liburan bersama pada kota itu. Crystal bagaikan tuan putri yang dimanjakan oleh calon merutuanya, yang ternyata juga ramah dan menerima Crystal.
Awal pekan yang menyambut hangat mengharuskan Crystal dan Austen untuk melayang kembali ke kota tempat Crystal dilahirkan, sekaligus kota tempat kesibukannya mulai terkuras. Mereka haruslah kembali pada kesibukan dan kenyataan yang harus disapa. Petugas bandara telah bersiap memeriksa tiket Austen dan Crystal, namun tiba-tiba Austen mendapat panggilan dari sang ibu bahwa adikknya kecelakaan dan memerlukan darah, sedangkan stok darah AB tengah kosong pada rumah sakit itu. Harapannya hanya kepada sang ayah dan Austen yang memiliki golongan darah yang sama. Dibanding sang ayah yang telah berumur, haruslah sebagai pemuda Austen bersedia mendonorkan darahnya yang langka itu untuk sang adik tercinta.
Crystal harus kembali ke kotanya untuk mengatur Gala Dinner pada perusahaan tempat Crystal bekerja. Sehingga dengan terpaksa Crystal kembali seorang diri tanpa Austen. Entah angin dari mana Crystal beranjak dari antrian pemeriksaan tiket, lalu berlalu mencari kamar kecil. Silih berganti lalu lalang dalam kesibukannya di bandara membuat Crystal terkejut saat seorang nenek-nenek menabrak Crystal dan berkata, “Kamu akan menemukannya disaat langit menangis.” Sang nenek sengaja menjatuhkan liontin yang dipungut Crystal, sesaat Crystal berniat untuk mengembalikannya, namun nenek misterius itu telah lindap bersama arus hiruk pikuk manusia. Entah mengapa hati Crystal seperti teriris saat menggenggam liontin berbentuk oval seperti tetesan airmata berlapis kristal. Hatinya begitu riuh dalam kesenyapan dari bibirnya. Tiba-tiba fatamorgana yang gagah bersinar berselimutkan rintik hujan yang beriringan. Melukiskan panorama hitam putih, berikut tubuh Crystal yang menjadi hanya dua warna. Dengan bingung Crystal melihat setiap sudut tangannya yang telah berubah warna.
Bandara yang begitu gegap gempita kini kosong melompong tanpa seorangpun yang berdiri kecuali hanya dirinya. Sayup-sayup terlihat pintu keluar yang melemparkan sinar yang menyilaukan, semakin lama, semakin Crystal tergelitik untuk mendekat kepada hulu pintu. Saat dia masuk, terlihat ruangan yang hampa berselimut kabut, secercah bayang mendekatkan diri pada Crystal yang mematung tak percaya. Begitu tersentak gadis itu menyadari apa yang tengah berdiri tepat di depan matanya.
“Yoon.” Geming gadis itu hampir menitikkan air dari kelopak matanya.Crysal yang telah menciptakan Yoon, yaitu karakter komik yang ditulisnya saat masih menginjak masa putih abu-abu, namun sayang, komik yang digambar secara manual itu lenyap karena para rayap melahap kudapan itu saat Crystal ke luar kota untuk bekerja. Yang sangat Crsystal sesali adalah cerita dari komik itu belum sempat Crystal selesaikan. Hingga suatu malam saat Crystal menyadari komik yang dibuatnya disantap oleh hewan tak berperi kemanusiaan yang membuat gadis itu menangis, dengan ajaib tetesan air matanya berubah menjadi liontin oval berlapis kristal yang dulu pernah hilang entah kemana. Kini Crystal menyadari bahwa liontin itu kembali kepada pemiliknya, setelah seorang nenek yang berlagak misterius menjatuhkan liontinnya.
“Apakah kau merindukanku?” Tanya Yoon dengan wajah pucat tanpa ekspresi. Gemuruh hati Crystal campur aduk bagai adonan kue, gadis itu bingung, tak percaya, dan serasa ingin muntah bagaikan bumi berputar mempermainkan dirinya.
“Ayo, selesaikan ceritaku.” Pinta Yoon dengan wajah pucat tanpa ekspresinya. Sesaat Crystal berfikir apakah dia sedang bermimpi? Dengan sembrono Crystal melayangkan belaian dari jemarinya kepada wajah lelaki bak KNP dalam game itu. Pipi yang pucat itu kini telah direngkuh oleh jemari Crystal yang gemetar. Tak menunggu waktu yang lama, air mata Crystal telah menganak sungai menyadari inilah kekasih hayalannya yang begitu benar-benar nyata.Seluruh tubuh Crystal gemetar menyadari wajah idamannya itu mendekat dan mencium bibir maronnya yang basah dialiri air mata.
Hiruk pikuk berseliweran para manusia yang panik dalam ruang IGD. Samping ruang IGD begitu banyak bangsal berjajar rapi, berjalan lurus sedikit, maka akan ditemukan bangsal tempat Crystal dirawat. Papan menggantung dengan kuatnya bertuliskan “Ruang Delima” Lelaki bermasker duduk pada sisi pembaringan Crystal dengan tujuan agar kaum hawa yang mengaguminya semakin takjub karena perbuatan baiknya yang telah menolong seorang gadis yang tak diketahui asal usulnya, sedangkan para fans melalui dunia maya menyapa girang kepada lelaki yang tengah mengadakan siaran langsung pada aplikasi dalam ponselnya.
Gadis berparas bak noni dari belanda telah membuka kelopak matanya, ya Crystal! Dia terbangun dari perawatan yang singkat, karena Crystal tak sadarkan diri hanya semalam. Sesaat, Crystal berteriak sebelum terbangun, yang tak lain dia tengah memanggil nama Yoon. Terkejut lah lelaki sok baik yang segera mematikan siaran langsungnya, kita panggil saja dengan nama Han. Tatapan mata Crystal mengerling pada mata elang milik lelaki darah keturunan tionghoa itu. Dengan lincah tangan Crystal menepuk-nepuk pipi Han yang bersembunyi dalam masker, sembari sesekali mengaduk-aduk bagaikan adonan dan dilihatnya semua sisi wajah Han. Setelelah menyadari apa yang telah Crystal obok-obok, gadis itu bergeming “Kamu bukan suamiku.” Belum sempat Crystal meminta maaf, lelaki itu telah dibuat Crystal menahan pitamnya yang hampir meledak. Sergapan tangan Crystal yang membuka kemeja Han lalu meraba-raba dada Han dengan kalap, itulah yang membuat Han hampir ingin menendang Crystal ke rumah sakit jiwa. Terlebih saat Crystal berdesis seakan membaca apa yang terukir di dadanya yang bidang. “Untuk sementara aku akan meminjam tubuh lelaki ini untuk menjagamu, istriku.”
Tatapan mata Crystal memang seperti orang kehilangan jiwanya semenjak ditemukan tergeletak oleh Han pada landasan pacu di bandara yang amat berbahaya. Yang entah sebab apa wanita itu menyentuh pipi Han kemudian pingsan dengan menggenggam seonggok liontin. Namun, tiba-tiba liontin itu terbang dengan ajaib lalu membenamkan diri pada lengan kiri Han yang kekar, tak lama setelah itu Crystal Ia larikan ke rumah sakit karena pingsan tanpa sebab. Seperti yang Han sangka bahwa Crystal benar-benar gila karena setelah semalam tak sadar, Han langsung diperlihatkan perangai liar dari seorang Crystal.
“Seharusnya aku mengantarmu kerumah sakit jiwa.” Hardik Han menarik tubuhnya menjauh dari Crystal yang masih menatapnya seakan ingin melahab lelaki bermasker itu hidup-hidup. Seolah tak terima dianggap tak waras, Crystal langsung menceritakan yang ia alami menurut versinya. Crystal bercerita bagaikan dongeng di siang hari. Menurutnya, waktu disaat bertemu Yoon hingga kini itu telah berlangsung setahun, kini Crystal kembali dari dunia antah berantah dalam keadaan mengandung bayi buah hasil dari karakter komik ciptaannya, Crystal yang mengaku telah bersuami dengan tokoh komik yang telah dinikahinya lima bulan yang lalu. Ajaibnya, saat Han menggendong Crystal untuk dilarikan ke rumah sakit tadi malam, perut Crystal tampak tidak buncit dan datar, namun hanya beberapa jam berselang, perut itu menyumbulkan permukaan yang buncit. Karena tersedutkan dari kegilaan dari cerita Crystal, Han meminta catatan medis dari dokter yang telah memeriksa Crystal, untuk membuktikan kekonyolan yang dia saksikan seharian ini. Ternyata benar! Wanita itu tengah menghidupi seorang janin yang berusia empat bulan.
Setelah sehari dipenuhi kegilaan, akhirnya Austen menjenguk sang pujaan hati,yang telah pulih dari koma nan singkatnya. Awalnya Han hendak melapor dan bercerita banyak hal janggal yang ia dan Crystal alami. Namun Han takut jika Austen menganggapnya se-angkatan dengan Crystal untuk dibawa ke RSJ.
“Terimakasih telah membawanya kerumah sakit.” Ucap Austen tulus kepada lelaki yang menolong tunangannya itu.
“Sama-sama, bro.” Timpal Han sok akrab tanpa melepas masker yang membalut separuh wajahnya.
Setelah berbasa-basi Han berlalu untuk keluar dan tentunya memengintip panorama kedua dara itu yang terlihat palsu dari balik pintu. Tatapan mata Crystal kosong dengan senyum pahit melintang disaat Austen memberikan candaan kepada Crystal. Austen yang tidak peka dengan keadaanpun hanya menganggap sifat dingin Crystal hanya angin lalu. “Pasangan macam apa ini?” Gemingnya lalu berlalu.
Matahari semakin berayun untuk menenggelamkan dirinya, yang mendorong Austen untuk segera meninggalkan Crystal dirumah sakit. Sepasang kerlingan yang mengamati Austen yang menjauh, kini sang pemilik bola mata itu melangkahkan kakinya untuk mendekati bangsal sang wanita gila tengah dirawat.
“Itu tunanganmu?” Tanya Han sembari menyorotkan tatapan pada cincin yang melingkar pada jari manis Crystal.
“Iya.” Sahut Crystal datar. “Terimakasih sudah merahasiakan kehamilanku.” Tambah Crystal menyadari kebaikan lelaki bermasker itu.
“Aku tidak percaya, tapi aku percaya. Argh... Entahlah, aku mau pulang.” Geming Han lalu beranjak meninggalkan Crystal.
Semilir angin meniupkan siulannya hingga mengibaskan korden yang menjuntai pada tepi jendela bangsal kamar Crystal. Secercah cahaya bersemburat dari tangan kekar Han. Bagaikan ditelan bumi tubuh Han berubah menjadi tubuh seorang lelaki sempurnya idaman Crystal. Lelaki itu mendekatkan diri pada tepi pembaringan, lalu membungkuk untuk memeluk istrinya.
“Aku merindukanmu.” Geming Crystal berselimutkan dekapan dari sang suami. Tiba-tiba secercah sinar dari balik jendela kembali menerangi peradapan. Tubuh yang mematung tak percaya telah memeluk wanita yang dianggapnya gila. Kekikukan memecahkan romansa saat itu, hingga Han dengan sekuat tenaga mendorong tubuh mungil Crystal dengan tatapan stereo penuh kebingungan.
“B-bukankah aku tadi telah keluar dari sini?” Gelagap Han dengan mata stereo.
“Aku sudah pernah bilang, bukan?” Timpal Crystal dengan santai sembari rambutnya yang berantakan akibat kezhaliman dari Han.
“Sepertinya aku perlu angin sore.” Hela Han masih syok akan hal konyol yang dia lakukan. Memeluk wanita yang telah dimiliki lelaki lain itu adalah atitud yang sungguh tercela baginya. Selang lima langkah, Han terhenti dan sejenak mematung, lalu Han membalikkan badan.
“Sepertinya kamu juga membutuhkannya.” Tambah Han sembari meraih kursi roda dan membuka lipatan kursi itu. Lampu hijau dari Han segera disambut Crysal yang kemudian duduk pada kursi roda yang disiapkan Han. Putaran roda pada kursi Crystal diluncurkan Han perlahan melalui tepi kolam ikan koi dalam halaman rumah sakit.
“Kamu licik, kamu menikahi Ausen agar bayi dalam perutmu memiliki akte lahir.” Desis Han memancing Crystal dari kebungkamannya, sembari menerawang melihat matahari tenggelam.
“Aku menyukainya.” Geming Crystal bersautan dengan hembusan angin yang menerpa rambut panjangnya.
DAPATKAN KISAH LENGKAP + CERPEN LAINNYA PADA EBOOK
0 Response to "CERPEN - Saat Langit Menangis"
Posting Komentar