RINGKASAN - MACAM DIKSI | MANAJEMEN PENDIDIKAN

MACAM DIKSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
BAHASA INDONESIA
Dosen Pengampu : Drs. H. Samsudin, S.Pd. M. M

Disusun Oleh :
Tia Pratiwi
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM GROBOGAN
2016
Macam Diksi
1. Fonem
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. Ilmu yang mempelajari tentang fonem disebut fonemik. Fonemik merupakan bagian dari fonologi. Fonologi ini khusus mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui suatu fonem harus diperlukan pasangan minimal.
Contoh:
harus – arus ? /h/ adalah fonem karena membedakan arti kata harus danarus.
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal dan konsonan. Vokal adalah bunyi ujaran yang tidak mendapatkan rintangan saat dikeluarkan dari paru-paru.
Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yang meliputi a, i, u, e, o dan vokal rangkap (diftong), yang meliputi ai, au, oi.
Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami rintangan saat keluarnya. Contoh konsonan antara lain p, b, m, w, f, v, t, d, n, c, j, k, g, h. Konsonan rangkap disebut kluster. Contoh kluster pada kata drama, tradisi, film, modern.
Perubahan fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena pengucapan bunyi ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara fonem yang satu dengan yang lain. Macam perubahan fonem antara lain; a. Alofon; b.Aasimilasi; c.Desimilasi; d. Diftongisasi; e.Monoftongisasi; f. Nasalisasi.
a. Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh : simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata [simpul] berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).
b. Asimilasi adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama atau hampir sama. Contoh: in + moral, immoral, imoral.
c. Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh : sajjana menjadi sarjana.
d. Diftongisasi adalah perubahan monoftong menjadi diftong. Contoh: anggota menjadi anggauta.
e. Monoftongisasi adalah proses perubahan diftong menjadi monoftong. Contoh: ramai, menjadi rame.
f. Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal (n, m, ng, ny) pada suatu fonem. Contoh : me/m/ pukul menjadi memukul.
Cara membedakan dan melafalkan fonem Bahasa Indonesia secara umum bunyi bahasa dibedakan atas vokal, konsonan, dan semi- vokal. Perbedaan antara vokal dan konsonan didasarkan pada ada atau tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara. Agar lebih jelas, Anda dapat melihat tabel berikut.
Vokal
Konsonan
a. Bunyi yang tidak disertai hambatan pada alat bicara. Hambatan hanya terdapat pada pita suara.
b. Tidak terdapat artikulasi
c. Semua vocal dihasilkan denganbergetarnya pita suara. Dengan demikian, semua vokal adalah bunyi suara.
a. Bunyi yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara.
b. Terdapat artikulasi.
c. Konsonan bersuara adalah konsonan yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara. Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara.
Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Dengan demikian, bunyi vokal tidak dibedakan berdasarkan posisi artikulatornya karena pada bunyi vokal tidak terdapat artikulasi. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak. Klasifikasi vokal sebagai berikut.
a. Vokal berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah.
b. Vokal berdasarkan bagian lidah (depan, tengah, belakang) yang bergerak (gerak naik turunnya lidah).
c. Vokal berdasarkan posisi strukturnya
Struktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak menuju alat ucap yang lain saat membentuk bunyi bahasa. Artikulator pasif adalah alat ucap yang dituju oleh artikulator aktif saat mem bentuk bunyi bahasa.
Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur untuk vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut strukturnya, vokal dapat dibedakan seperti uraian berikut.
1) Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Vokal tertutup antara lain [ i ], [ u ].
2) Vokal semitertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua per tiga di atas vokal terbuka. Vokal semitertutup antara lain [ e ], [ o ], [ I ], [ U ].
3) Vokal semiterbuka (half-open) yaitu vocal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per tiga di bawah vokal tertutup. Vokal semiterbuka antara lain [ a ], [ ], [ c ].
4) Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [ a ].
d. Vokal berdasarkan bentuk bibir saat vokal diucapkan.
Bunyi vokal dapat diucapkan dengan memanjangkan atau memendekkan vokal tersebut. Pemanjangan dan pemendekan pengucapan vokal dapat mengubah maksud pembicaraan. Pemanjangan vokal diberi tanda [ . . . ] di atas bunyi yang dipanjangkan atau tanda [ . . . : ] di samping kanan bunyi yang dipanjangkan.
Contoh:
Frasa tatap muka [ t a t a p ] [ m u k a ] bila vokal [ u ] dilafalkan pendek maka akan bermakna bertemu . Namun, jika vokal [ u ] dilafalkan memanjang [ t a t a p ] [ m u : ] [ k a ] maka akan menimbulkan makna menatapmu dan bunyi [ k a ] seakan-akan menghilang.
Dalam kehidupan sehari-hari pemanjangan dan pemendekan vokal jarang ditemui. Pemanjangan dan pemendekan vokal biasa ditemui dalam dunia hiburan, seperti pada dagelan atau acara humor dan komedi.
Konsonan dapat dibedakan menurut:
a. cara hambat (cara artikulasi) atau cara pengucapannya;
b. tempat hambat (tempat artikulasi);
c. hubungan posisional antara penghambat-penghambat atau hubungan antara artikulator pasif; dan bergetar tidaknya pita suara.
Klasifikasi konsonan berdasarkan cara pengucapan atau cara artikulasi seperti uraian berikut.
a. Konsonan Hambat Letup (Stops, Plosives)
Konsonan hambat letup ialah konsonan yang terjadi dengan hambatan penuh arus udara. Kemudian, hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba. Berdasarkan tempat artikulasi, konsonan hambat letup dibedakan seperti berikut.
1) Konsonan hambat letup bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Bunyi yang dihasilkan [ p, b ].
2) Konsonan hambat letup apiko-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan [ t, d ].
3) Konsonan hambat letup apiko-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya langit- langit keras (langit-langit atas). Bunyi yang dihasilkan [ t , d ]. [ t ] . . . ditulis th sedangkan [ d ] ditulis dh. .
4) Konsonan hambat letup medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit- langit keras. Bunyi yang dihasilkan [ c, j ].
5) Konsonan hambat letup dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit- langit lunak (langit-langit bawah). Bunyi yang dihasilkan [ k, g ].
6) Konsonan hamzah. Konsonan ini terjadi dengan menekan rapat yang satu terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak beserta anak tekak di tekan ke atas sehingga arus udara terhambat beberapa saat. Bunyi yang dihasilkan.
b. Konsonan Nasal (Sengau)
Konsonan nasal (sengau) ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat rapat (menutup) jalan udara dari paru-paru melalui rongga hidung. Bersama dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan sehingga udara keluar melalui rongga hidung. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan nasal dibedakan sebagai berikut.
1) Konsonan nasal bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Nasal yang dihasilkan [ m ].
2) Konsonan nasal medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Nasal yang dihasilkan ialah [ ñ ].
3) Konsonan nasal apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Nasal yang dihasilkan ialah [ n ].
4) Konsonan nasal dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Nasal yang diberikan [ h ].
c. Konsonan Paduan
Konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus. Tempat artikulasinya ialah ujung lidah dan gusi belakang. Bunyi yang dihasilkan [ts , d5]. Bunyi [ ts ] ditulis ch sedangkan bunyi [d5] ditulis dg.
d. Konsonan Sampingan
Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping atau sebuah samping saja. Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi. Bunyi yang dihasilkan [ I ].
e. Konsonan Geseran atau Frikatif
Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang dibentuk dengan menyempitkan jalan arus udara yang diembuskan dari paru-paru, sehingga jalan udara terhalang dan keluar dengan bergeser. Menurut artikulasinya, konsonan geseran dibedakan sebagai berikut.
1) Konsonan geseran labio-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang dihasilkan [ f , v ].
2) Konsonan geseran lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ s , z ].
3) Konsonan geseran dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Bunyi yang dihasilkan [ x ].
4) Konsonan geseran laringal. Konsonan ini terjadi jika artikulatornya sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Bunyi yang dihasilkan [ h ].
f. Konsonan Getar
Konsonan getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat. Menurut tempat artikulasinya konsonan getar dinamai konsonan getar apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ r ].
g. Semivokal
Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpeng- hambat dalam mengucapkan semivokal adalah renggang terbentang atau renggang lebar. Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut.
1) Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [ w ].
2) Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang dihasilkan [ y].
Cara mengucapkan atau melafalkan bunyi dalam bahasa Indonesia dapat dituliskan dengan lambang fonetis.
Contoh
Huruf
Pelafalan
Contoh Kata
Lambang
Fonetis
a
a
air
[a i r]
au
aw
kalau
[k a l aw]
ai
ay
intai
[i n t a y]
b
b
bukan
[b u k a n]
c
c
cara
[c a r a ]
d
d
damai
[d a m ai]
e
e
enak
[e n a k]
e
ε
nenek
[n ε n εk]
e
e
gedung
[g e d u h]
f
f
formal
[f o r m al]
g
g
gundul
[g u n d ul]
h
h
harap
[h a r a p]
i
i
indah
[i n d a h]
i
I
kering
[k e r I ŋ]
j
j
Jumlah
[j u m l ah]
k
k
Kasih
[k a s i h]
k
k
Rakyat
[r ak y a t]
l
l
lama
[l a m a]
m
m
mandi
[m a n d i]
n
n
nanas
[n a n a s]
Ny
ñ
nyanyi
[ñ a ñ i ]
ng
ŋ
barang
[b a r a ŋ]
o
o
obat
[o b a t]
o
O
tolong
[t c l c h]
oi
oy
amboi
[a m b o y]
p
p
pilih
[p i l i h]
r
r
rantai
[r a n t ai]
s
s
suara
[s u a r a]
sy
š
syukur
[š u k u r]
t
t
taruh
[t a r u h]
u
u
ulir
[u l I r]
u
U
taruh
[t a r U h]
v
v
visa
[v i s a]
w
w
wanita
[w a n i t a]
kh
x
ikhwal
[i x w a l]
y
y
karya
[k a r y a]
z
z
ijazah
[i j a z a h]
2. Silabel (Suku Kata)
Silabeladalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal dan satu konsonan atau lebih. Silabel mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas )yangutuh pada vokal.
Silabel atau suku kata ialah unit pembentuk kata yang tersusun dari satu fonem atau urutan fonem. Silabel dalam bahasa yunaninya (sullabe )
Contoh silabel:
Jika sebuah konsonan diapit dua vokal maka konsonan tersebut ikut vokal dibelakangnyamisalnya kata ibu jika di pisahkan jadi i-bu. Awalan dan akhiran harus dituliskan tercerai dari kata dasarmisalnya. Kata memperbaiki, jika di pisahkan jadi mem-per-ba-ik-i. Jika dua konsonan diapit dua vokal, maka kedua vokal tersebut harus diceraikan. Misalnya kata bantu jika di pisahkan jadi ban-tu.[2]
Pola suku kata Bahasa Indonesia sebagai berikut :
V : a pada kataadik.
VK : an pada kataanda.
KV : bu pada kata ibu.
KVK : duk pada kata duduk.
KKV : tra pada kata putra.
KKKV : stra pada katastrata.
KKVK : trak pada kata kontrak.
KKKVK : struk pada katastruktur.
VKK : eks pada kataeksploitasi.
KVKK : teks pada akta konteks.
KKVKK : pleks pada kata kompleks.
VKKK : arts pada kataarts.
KVKKK : korps pada katakorps.[3]
3. Konjungsi
Konjungsi adalah kata untuk menghubungkan kata-kata, ungkapan-ungkapan, atau kalimat-kalimat dan sebagainya, dan tidak untuk tujuan atau maksud lain.Konjungsi tidak dihubungkan dengan objek, konjungsi tidak menerangkan kata, konjungsi hanya menghubungkan kata-kata atau kalimat-kalimat dan sebagainya. Oleh karena itu kata yang sama dapat merupakan preposisi dalam bagian yang satu, adverb dalam bagian yang lain, atau konjungsi dalam bagian yang lain pula.
a. Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Seperti : biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, dan meskipun demikian/begitu. Contoh : kami kurang setuju dengan usulan dia. Biarpun begitu, kami tetap menghargainya. 
b. Konjungsi yang menyatakan lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya, seperti : sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya. Contoh : kami akan memulai pelajaran ini dengan berjalan kaki. Sesudah itu kami akan istirahat dirumah penduduk. 
c. Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain diluar dari yang telah dinyatakan sebelumnya, seperti : tambahan pula, lagi pula, dan selain itu. Contoh : kami menyambut pagi ini dengan sukacita. Tambahan pula, burung-burung juga ramai berkicau. 
d. Konjungsi yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya, seperti : sebaliknya.Contoh : kita jangan terus menebang pohon-pohon di hutan ini. Sebaliknya, kita harus menanam bibit-bibit pohon baru. 
e. Konjungsi yang menyatakna keadaan yang sebenarnya, seperti : sesungguhnya dan bahwasannya. Contoh : kita dilanda banjir besar tahun ini. Sesungguhnya, bencana ini telah kita ramalkan tahun kemarin. 
f. Konjungsi yang menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, seperti : malahan dan bahkan. Contoh : rumah-rumah di kalimantan kebanyakan didirikan di tepi sungai. Bahkan, ada kampunng di tengah laut yang dangkal. 
g. Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya, seperti : namun dan akan tetapi. Contoh : keadaanya memang sudah aman. Akan tetapi, kita tetap harus waspada. 
h. Konjungsi yang menyatakna konsekuensi, seperti : dengan demikianContoh : kamu telah setuju dengan persyaratan ini. Dengan demikian, kamu harus menanggung semua resikonya.[4]
4. Hubungan
Hubungan makna adalah sebuah timbal balik antara kata dengan kata yang memiliki makna lain atau manakna sama maupun makna banyak. Memahami berbagai hubungan makna, ada sinonim, antonim, homonim, homograf, polisemi, dan hiponim. Berikut penjelasan dan masing-masing contohnya.
a. Sinonim adalah persamaan kata atau kata yang mempunyai makna yang sama/mirip dengna kata lain. Contoh : (cantik-elok-anggun), (pandai-pintar), (pakai-mengenakan), (faedah-manfaat), dll.
b. Antonim adalah lawan kata atau kata yang berlawanan makna dengan kata lain. Contoh : (makan – minum), (datang – pergi).
c. Homonim adalah kata yang mempunyai tulisan, dan bunyi yang sama, tetapi maknanya berbeda. Contoh : Bunga (tumbuhan), bulan (waktu), malang (kota), abang (merah). Lain halnya denga: Bunga (bank), bulan (nama satelit bumi),malang (nasib), abang (kakak).
d. Homofon adalah suatu kata yang mempunyai bunyi yang sama, tetapi tulisan dan maknanya berbeda.Contoh : Bang (kakak), masa (waktu), rock (aliran musik). Lain halnya dengan: Bank (tempat),massa (berat), rok (pakaian).
e. Homograf adalah suatu kata yang mempunyai tulisan yang sama, tetapi bunyi dan maknanya berbeda, Contoh : Apel (buah), memerah (warna), Serang (kota), seri (imbang), tahu (makanan). Lain halnya dengan: Apel (upacara), memerah (susu sapi), serang (menyerang), seri (gigi), tahu (mengetahui).
f. Polisemi adalah suatu kata yang mempunyai banyak makna (satu kata banyak makna). Contoh : (kepala = kepala sekolah),(mata = mata air), rumah = rumah tangga). Lain halnya dengan: (kepala = kepala rumah tangga), (mata = mata hati), (rumah = rumah sakit). Lain halnya dengan: (kepala: kepala surat), (mata = mata pencaharian), (rumah = rumah makan), dll.
g. Hiponim dan hipernim, perbedaan keduanya adalah kalau hiponim memiliki makna yang umum sedangkan hipernim memiliki makna yang khusus. Contoh : (Hipernim = buah à Hiponim = anggur, apel, jeruk, manggis dll), (Hipernim = ikan à Hiponim = lele, hiu, paus, nila dll.),(Hipernim = bunga à Hiponim = melati, mawar, tulip, dll)[5]
5. Kata Benda (Nomina)
Kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dapat dibagi menjadi dua: kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera (misalnya buku), serta kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal dengan pikiran (misalnya cinta).Selain itu, jenis kata ini juga dapat dikelompokkan menjadi kata benda khusus atau nama diri (proper noun) dan kata benda umum atau nama jenis (common noun). Kata benda nama diri adalah kata benda yang mewakili suatu entitas tertentu (misalnya Jakarta atau Ali), sedangkan kata benda umum adalah sebaliknya, menjelaskan suatu kelas entitas (misalnya kota atau orang).[6]
Contoh:
a. Nama orang: Andi, Sinta, Bona, Krisna
b. Nama binatang: tikus, anjing, kucing, gajah
c. Nama tempat: rumah, taman, kantor pos, rumah makan 
d. Nama obyek: meja, kursi, kertas, pensil [7]
6. Kata Kerja
Kata kerja adalah kata yang menunjukkan nama perbuatan yang dilakukan oleh subyek. Atau VerbaVerba (bahasa Latin: verbum, “kata”) atau kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari.
InfleksiAdalah proses penambahan morpheme infleksional kedalam sebuah kata yang mengandung indikasi gramatikal seperti jumlah, orang, gender, tenses, atau aspek.[8]
Contoh:
a. Membaca
b. Menulis
c. Belajar
d. Makan
7. Infleksi
Infleksiadalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan atau tanpa mengubah kelas katanya. Secara khusus perubahan bentuk sebuah kata kerja dengan tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata itu, tapi makna kata seperti yang terkandung dalam kata itu tidak berubah. Atau suatu proses penambahan Morpheme Infleksional kedalam sebuah kata yang mengandung indikasi gramatikal seperti jumlah, orang, gender, tenses, atau aspek, dibandingkan dengan Derivasi menghasilkan kata baru yang diambil dari kata dasar.[9]
Contoh: Buah à Imbuhan “Se” menjadi “Sebuah” yang menyatakan jumlah dari buah itu sendiri.
8. Uterans
Uteran merupakan kandungan suatu kata yang mempunyai arti, sub elemen dari fungsionalitas Diksi ini mempengaruhi Diksi berdasarkan kemampuan bahasa dengan kriteria penggunaan dan pemahaman yang jelas dan efektif.[10]
Contoh:
“Belajar” memiliki arti yang sebenarnya untuk menggali suatu ilmu untuk lebih tahu.



[1] Disalin dari, “Fonem Bahasa Indonesia”, pukul 20:05 WIB, 11 April 2016, https://sites.google.com/site/tatabahasaindonesia/fonem-bahasa-indonesia
[2] Disalin dari, Kamar Belajar, “Silabel (Suku Kata)”, pukul 20:05 WIB, 11 April 2016, http://kikibelajar.blogspot.co.id/2010/12/silabelsuku-kata.html
[3] V: Huruf Vokal, K : Huruf Konsonan
[4] Disalin dari, Gilang Maylida, “Konjungsi dalam Diksi”, pukul 20:05 WIB, 11 April 2016, http://gmnite.blogspot.co.id/2013/09/konjungsi-macam-macam-konjungsi.html
[5] Dikutip dari, Dany, “Pengertian dan Contoh Sinonim”, pukul 20:05 WIB, 11 April 2016, http://ilmuku4.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-dan-contoh-dari-sinonim.html
[6] Disalin dari, Yudhi Pandji Wulung, “Diksi”, pukul 20:05 WIB, 11 April 2016, http://yudhipandjiwulung.blogspot.co.id/2010/11/diksi.html
[7] Disalin dari, Aditya Yudith Wisudhaningtyas, “Kata Sifat, Kata Benda, Kata Kerja.”,pukul 20:05 WIB, 11 April 2016, http://pelajaranbahasaindonesiaonline.blogspot.co.id/2012/10/kata-sifat-kata-benda-kata-kerja.html
[8] Disalin dari, Yudhi Pandji Wulung, “Diksi”, pukul 20:05 WIB, 11 April 2016, http://yudhipandjiwulung.blogspot.co.id/2010/11/diksi.html
[9] Dikutip dari, Agus Supriyanto, “Diksi”, pukul 20:05 WIB, 11 April 2016, http://goposmile.blogspot.co.id/2012/01/diksi.html
[10] Dikutip dari, Agus Suriyanto, “Diksi”, pukul 20:05 WIB, 11 April 2016, http://goposmile.blogspot.co.id/2012/01/diksi.html
Check out ruwix.com to learn the solution of the Rubik's Cube and other twisty puzzles like Pyraminx, Square-1 etc.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "RINGKASAN - MACAM DIKSI | MANAJEMEN PENDIDIKAN"

Posting Komentar